ETIKA BISNIS
ETIKA BISNIS DALAM TEMPAT KERJA
Etika bisnis sangat penting untuk menciptakan
lingkungan kerja yang harmonis, serta untuk memberi citra positif pada
perusahaan tempat Anda bekerja. Meski ada sekelompok orang yang lebih
mementingkan ketrampilan teknis dan kecerdasan, namun sekarang makin banyak
perusahaan yang lebih memilih karyawan yang mampu bertata krama dengan sejawat,
terlebih pada klien. Seperti kata John Rockefeller (industriawan terkemuka
Amerika di era-1870-an, pendiri cikal bakal Exxon Mobile), “Kamampuan bertata
krama terhadap orang lain akan saya nilai lebih tinggi daripada
kemampuan-kemampuan lain”.
Sikap baik menurut suatu tata krama bukan berarti bersikap sebagai seorang yang
tahu segalanya atau mengoreksi kesalahan orang lain. namun suatu usaha untuk
menghormati pihak lain dan memperlakukan mereka dengan sopan dan baik.
Banyak etika yang berlaku di tempat kerja, namun ada beberapa yang perlu Anda
cermat:
1. Menghormati Budaya Kerja Perusahaan Anda.
Bila
budaya kerja perusahaan tempat Anda bekerja bersifat santai dan kasual, jangan
mengenakan suits mahal dari butik perancang italia. Hal ini disamping akan
membuat Anda ‘berbeda’ juga dimungkinkan menimbulkan kecemburuan sosial dari
rekan-rekan sejawat Anda. Jadi bagian dari mereka.
2. Hormat Senior Anda dan lakukan
sebagaimana mestinya tanpa bersikap berlebihan.
Banyak perusahaan punya tingkat hierarki sendiri, pelajari dan sesuaikan sikap
Anda pada tiap tingkatan. Misal: Jangan anggap bos seperti teman bermain atau
bercanda.
3. Hormati Privacy Orang Lain.
Meski Anda bekerja dengan banyak orang, Anda harus tahu secara pasti
batas-batas pribadi mereka Jangan sok akrab dengan melakukan pendekatan yang
tidak perlu.
4. Hormati Cara Pandang Orang
Lain.
Selesaikan pertentangan yang terjadi dengan luwes. Kenali perbedaan pendapat
tentang agama, politik, moral serta gaya hidup masing-masing orang, tapi jangan
paksakan apa yang menjadi keyakinan Anda.
5. Tangani Beban Kerja Anda
Tanpa perlu melimpahkannya pada orang lain. Stres memang tidak dapat dihindari,
namun saat mengalaminya Anda harus menyalurkannya pada hal yang lebih positif,
tanpa perlu marah atau membentak rekan kerja Anda.
6. Bersikap Sopan Pada Semua
Orang Di Kantor.
Bahkan jika posisi Anda sudah lumayan tinggi sekalipun, bukan berarti Anda
dapat memerintah bawahan dengan sewenang-wenang. Karena semua orang berhak
dihormati dan didengar pendapatnya.
7. Tidak Semena-mena Menggunakan
Fasilitas Kantor
Perlu
Anda ketahui bahwa peralatan kantor disediakan untuk memudahkan kerja banyak
pihak, jadi rawatlah baik-baik semua fasilitas yang Anda pakai. Dan hindari
penggunaan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi. Misalnya, menggunakan
mobil dinas untuk keperluan-keperluan kantor dsb.
C. Akuntabilitas sosial
Akuntabilitas sosial merupakan proses keterlibatan yang konstruktif antara
warga negara dengan pemerintah dalam memeriksa pelaku dan kinerja pejabat
publik, politisi dan penyelenggara pemerintah.
Tujuan Akuntanbilitas Sosial,
antara lain :
a.
Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi
masyarakat yang ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan
produksi suatu perusahaan
b. Untuk mengukur dan melaporkan
pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup : financial dan
managerial social accounting, social auditing.
c. Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar
dapat menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan
keuntungan sosial suatu perusahaan.
Salah satu alasan utama kemajuan akuntabilitas sosial
menjadi lambat yaitu kesulitan dalam pengukuran kontribusi dan kerugian.
Prosesnya terdiri dari atas tiga langkah, diantaranya:
1.
Menentukan biaya dan manfaat sosialSistem nilai masyarakat merupakan faktor
penting dari manfaat dan biaya sosial. Masalah nilai diasumsikan dapat diatasi
dengan menggunakan beberapa jenis standar masyarakat dan mengidentifikasikan
kontribusi dan kerugian secara spesifik
2.
Kuantifikasi terhadap biaya dan manfaatSaat aktivitas yang menimbulkan biaya
dan manfaat sosial ditentukan dan kerugian serta kontribusi
3. Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.Tanggung Jawab
Sosial BisnisDunia bisnis hidup ditengah-tengah masyarakat, kehidupannya tidak
bisa lepas dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu ada suatu tanggungjawab
social yang dipikul oleh bisnis. Banyak kritik dilancarkan oleh masyarakat
terhadap bisnis yang kurang memperhatikan lingkungan.
Banyak
timbul perbedaan pendapat mengenai bahwa tanggungjawab bisnis hanya terbatas
sampai menghasilakan barang dan jasa buat konsumen dengan harga yang murah,
atau juga ada yang mengatakan tanggungjawab bisnis adalah jangan mengambil
keuntungan besar, tetapi yang sewajarnya.Dalam dunia bisnis juga semua orang
tidak mengharapkan memperoleh perlakuan tidak jujur dari sesamanya, banyak
praktik manipulasi tidak akan terjadi jika dilandasi dengan moral tinggi.
Moral dan tingkat kejujuran rendah akan menghancurkan tata nilai etika bisnis
itu sendiri, karena masalahnya nilai etika hanya ada di dalam hati nurani
seseorang. Etika mempunyai kendali intern dalam hati, berbeda dengan hokum yang
mempunyai unsur paksaan ekstern. Akan tetapi bagi orang-orang yang berkecimpung
dalam bidang bisnis yang dilandasi oleh rasa keagamaan mendalam akan mengetahui
bahwa perilaku jujur akan memberikan kepuasan tersendiri dalam kehidupannya
baik dalam duniawi maupun akhirat.
D. Manajemen Krisis
Manajemen
krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat
merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Artinya terjadi
gangguan pada proses bisnis ‘normal’ yang menyebabkan perusahaan mengalami
kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian
dapat dikategorikan sebagai krisis.Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia
bisnis dapat mengambil beragam bentuk. Mulai dari bencana alam seperti Tsunami,
musibah teknologi (kebakaran, kebocoran zat-zat berbahaya) sampai kepada
karyawan yang mogok kerja. Segala kejadian buruk dan krisis, berpotensi
menghentikan proses normal bisnis yang telah dan sedang berjalan, membutuhkan
penanganan yang segera (immediate) dari pihak manajemen. Penanganan yang segera
ini kita kenal sebagai manajemen krisis (crisis
management).
Saat ini, manajemen
krisis dinobatkan sebagai new corporate discipline. Manajemen krisis adalah
respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya
operasi bisnis yang telah berjalan normal. Pendekatan yang dikelola dengan baik
sebagai respon terhadap kejadian itu terbukti secara signifikan sangat membantu
meyakinkan para pekerja, pelanggan, mitra, investor, dan masyarakat luas akan
kemampuan organisasi melewati masa krisis.
Aspek dalam Penyusunan Rencana
BisnisSetidaknya terdapat enam aspek yang mesti kita perhatikan jika kita ingin
menyusun rencana bisnis yang lengkap. Yaitu tindakan untuk menghadapi :
1. Situasi darurat (emergency
respon.
2. Skenario untuk pemulihan dari
bencana (disaster recovery)
3. Skenario untuk pemulihan bisnis
(business recovery)
4. Strategi untuk memulai bisnis
kembali (business resumption)
5. Menyusun rencana-rencana
kemungkinan (contingency planning), dan6. Manajemen krisis (crisis
management).Penanganan Krisis Pada hakekatnya dalam setiap penanganan krisis,
perusahaan perlu membentuk tim khusus. Tugas utama tim manajemen krisis ini
terutama adalah mendukung para karyawan perusahaan selama masa krisis terjadi.
Kemudian menentukan dampak dari krisis yang terjadi terhadap operasi bisnis
yang berjalan normal, dan menjalin hubungan yang baik dengan media untuk
mendapatkan informasi tentang krisis yang terjadi. Sekaligus menginformasikan
kepada pihak-pihak yang terkait terhadap aksi-aksi yang diambil perusahaan
sehubungan dengan krisis yang terjadi.
Dalam
menghadapi krisis dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Sang pemimpin mesti
mengetahui tujuan dan strategi yang jelas untuk mengatasai krisis. Tentu harus
dilandasi oleh rasa optimisme terhadap penyelesaian krisis. Mintalah dukungan
dari semua orang, dan tunjukkan bahwa perusahaan mampu menghadapi krisis yang
terjadi ini dengan baik. Tenangkan hati mereka. Ajaklah seluruh anggota
organisasi untuk terlibat dalam mencari dan menjalani solusi krisis yang telah
disusun bersama.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh manajemen perusahaan adalah situasi
krisis yang melanda perusahaan. Berbagai contoh krisis perusahaan adalah kasus
penyedap makanan Ajinomoto yang diduga terbuat dari bahan berasalah dari babi.
Sebelumnya pernah juga terjadi krisis yang melanda pabrik biskuit dari pabrik
susu yang terkait dengan isu biskuit beracun dan isu pengunaan lemak babi.Kedua
masalah tersebut telah berkembang menjadi isu nasional dan telah melibatkan
banyak pihak di dalam penanganannya. Implikasi dari kedua masalah tersebut
tidak hanya berpengaruh terhadap perusahaan besar, tetapi juga telah membuat
perusahaan kecil dan pedagang kecil ikut merasakan akibatnya. Sekian banyak
pengangguran yang terjadi, dan sekian banyak produk yang tidak laku
dijual.
Disamping masalah yang sangat besar seperti contoh di atas, tidak jarang
perusahaan dilanda oleh masalah yang implikasinya hanya terbatas pada ruang
lingkup satu perusahaan saja. Beberapa contoh krisis yang dihadapi perusahaan
adalah :
1) masalah
pencemaran lingkungan oleh pabrik.
2) masalah
unjuk rasa oleh pekerja.
3) masalah
produk yang tidak bisa dipasarkan.
4) masalah
kericuhan dengan pemerintah dalam hal peraturan yang berkaitan dengan izin
usaha.
Definisi
Krisis.
Krisis
adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat
sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Jika dipandang dari kaca mata bisnis suatu krisis akan
menimbulkan hal-hal seperti berikut :
- Intensitas permasalahan akan
bertambah.
- Masalah akan dibawah sorotan
publik baik melalui media masa, atau informasi dari mulut ke mulut.
- Masalah akan menganggu
kelancaran bisnis sehari-hari.
- Masalah menganggu nama baik
perusahaan.
- Masalah dapat merusak sistim
kerja dan menggoncangkan perusahaan secara keseluruhan.
- Masalah yang dihadapi disamping
membuat perusahaan menjadi panik, juga tidak jarang membuat masyarakat
menjadi panik.
- Masalah akan membuat pemerintah
ikut melakukan intervensi.
Level Perkembangan Krisis.
Suatu krisis menurut pendapat Steven Fink (1986) dapat dikategorikan kedalam
empat level perkembangan, yakni :
Masa pre-krisis
Suatu krisis yang besar biasanya telah didahului oleh suatu pertanda bahwa
bakal ada krisis yang terjadi. Masa terjadinya atau munculnya pertanda ini
disebut masa pre-krisis.Seringkali tanda-tanda ini oleh karyawan yang bertugas
sudah disampaikan kepada pejabat yang berwenang, tetapi oleh pejabat yang
berwenang tidak ditanggapi. Oleh karena sipelapor merasa laporannya tidak
ditanggapi dia ikut diam saja. Bila keadaan yang lebih buruk terjadi dia lebih
baik memilih diam daripada laporan dia tidak ditanggapi.
Kasus
terjadinya kebocoran gas racun pabrik Union Carbide di Bhopal, India (terkenal
dengan nama tragedy Bhopal) yang merenggut lebih dari 2000 jiwa, telah
diantisipasi oleh petugas. Kebocoran yang terjadi di pabrik Union Carbide di
tempat lain tidak diteruskan ke pabrik di Bhopal. Laporan yang tidak
disampaikan itu menyebabkan terjadinya malapetaka tersebut.Cukup sering
terjadi, malapetaka yang besar sudah deketahui gejalanya oleh orang yang
berwenang, tetapi didiamkan saja tanpa diambil tindakan. Kalau sekiranya
tindakan koreksi segera diambil maka kejadian yang akibatnya fatal tersebut
dapat dihindarkan. Mengatasi krisis yang paling baik adalah disaat pre-krisis
ini terjadi.
Seringkali
suatu krisis sudah diantisipasi bakal terjadi, namun tidak ada cara untuk
menghindarinya. Misalnya kasus kapal di laut yang akan dilanda oleh topan, dan
tidak ada jalan keluar kecuali menghadapi topan tersebut. Namun oleh karena
sudah diantisipasi terjadinya, sang nakhoda akan lebih siap menghadapi krisis
tersebut. Misalnya mengarahkan kapalnya ke batu karang. Dari contoh ini kita
dapat menarik pelajaran bahwa menghadapi krisis yang tidak terelakkan bila kita
sudah tahu, kita akan lebih siap.
Masa Krisis Akut (Acute stage).
Bila pre-krisis tidak
dideteksi dan tidak diambil tindakan yang sesuai maka masa yang paling ditakuti
akan terjadi. Kasus biskuit beracun setelah korban berjatuhan, misalnya cepat
sekali mendapat sorotan media massa sebagai suatu berita yang hangat dan masuk
halaman pertama. Keadaan yang demikian akan menimbulkan suasana yang paling
kritis bagi perusahaan, khususnya bagi perusahaan yang produknya tercemar
racun. Informasi tersebut berkembang dengan cepat dikalangan masyarakat dari
mulut ke mulut. Setelah itu berkembang masalah baru berupa ‘rumor’ bahwa banyak
makanan lain yang ikut tercemar.
Beberapa
bahan makanan yang dilaporkan tercemar racun adalah minyak goreng, bakso,
bakmi, rokok, dan beberapa jenis jajanan pasar. Memang isu keracunan ini akan
merembet ke makanan yang sejenis Hal ini disebut dengan proses generalisasi.
Fenomena generalisasi ini juga terjadi pada pabrik yang mempunyai cabang di
tempat lain, atau pabrik yang memproduksi barang yang hampir
sama.
Pada masa
krisis akut ini tugas utama perusahaan adalah menarik produk secepat mungkin
agar tidak ada lagi korban yang menjadi korban produk. Pada masa ini tugas
perusahaan bukanlah diprioritaskan untuk mencari penyebab kenapa masalah itu
terjadi. Tetapi tugas pokoknya adalah mengontrol semaksimal mungkin agar
jatuhnya korban dapat ditekan.Masa krisis akut ini jika dibandingkan dengan
masa krisis kronis jauh lebih singkat. Tetapi masa akut adalah masa yang paling
menegangkan dan paling melelahkan anggota tim yang menangani krisis.
Masa kronis krisis.
Masa
ini adalah masa pembersihan akibat dari krisis akut. Masa ini adalah masa
‘recovery’, masa mengintrospeksi kenapa krisis sampai terjadi. Masa ini bagi
mereka yang gagal total menangani krisis adalah masa kegoncangan manajemen atau
masa kebangkrutan perusahaan. Bagi mereka yang bisa menangani krisis dengan
baik ini adalah masa yang menenangkan.Masa kronis berlangsung panjang,
tergantung pada jenis krisis. Masa kronis adalah masa pengembalian kepercayaan
publik terhadap perusahaan.
Masa kesembuhan dari krisis.
Masa ini
adalah masa perusahaan sehat kembali seperti keadaan sediakala. Pada fase ini
perusahaan akan semakin sadar bahwa krisis dapat terjadi sewaktu-waktu dan
lebih mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
SUMBER :WWW.GOOGLE.COM